KESIMPULAN DAN REFLEKSI

PENJELASAN DAN PEMIKIRAN FILOSOFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

Salam Guru Penggerak

Pembaca budiman perkenalkan saya Retno Hardyah Astuti, S.Pd , Calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari kota Surakarta  ingin menyampaikan kesimpulan dan Refleksi saya sehubungan dengan penjelasan dan pemikiran Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Pendidikan dan Pengajaran sekilas memiliki arti yang sama. Namun ternyata Pendidikan dan pengajaran memiliki arti yang berbeda. Pengajaran adalah salah satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah proses pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak atau murid baik secara lahir maupun batin. Sementara, Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi -tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan Pendidikan murid dituntun dan diberikan ruang yang luas untuk mengembangkan potensi, karakternya, bakat dan minatnya sesuai dengan kodrat alam ( bawaan) dan juga kodrat zaman ( dunia tempat hidup saat ini). Kodrat alam itu meliputi kodrat yang tumbuh dari diri murid di mana murid itu tinggal, seperti murid yang tinggal di daerah keraton, daerah perkotaan tentu berbeda kodratnya dengan  anak atau murid yang tinggal di daerah pesisir pantai. Kodrat alam juga berhubungan dengan karakter bawaan anak sejak lahir. Anak-anak sudah terlahir dengan bakatnya masing-masing. Tinggal bagaimana kita sebagai guru bisa mengembangkan bakat sesuai potensi anak tersebut, sesuai dengan kodrat zaman.

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya  mempelajari modul 1.1?

Yang saya percaya dikelas sebelum mempelajari Modul 1.1., adalah saat saya mengajar, saya lebih mengutamakan aspek pengetahuan/kognitif saja, saya lebih mengutamakan aspek ketuntasan Minimal ( KKM), saya lebih mengutamakan transfer materi dan fokus ke materi agar  materi bisa  selesai tepat waktu menjelang Penilaian Tengah Semester dan Penilaian Akhir Semester saja.  Saat itu saya senang dan bangga serta merasa berhasil saat anak-anak  atau murid saya bisa meraih nilai maksimal dalam mata pelajaran yang saya berikan, bahkan saat melebihi batasan nilai maksimal. Saat mengajar, saya menganggap murid sebagai objek pembelajaran saja dengan fokus berceramah menggunakan metode pembelajaran berpusat pada guru saja. saya kurang peduli dengan keadaan murid saya , saat belajar dikelas, apa yang murid saya rasakan, apakah mereka memahami, bahagia dan senang dengan mata pelajaran yang saya ajarkan atau tidak. Saya lebih menekankan pada konsep menghafal materi-materi pelajaran tanpa melihat bagaimana mata pelajaran tersebut bisa membekas dalam pikiran dan laku  murid-murid saya.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini ?

Yang saya Pelajari setelah mempelajari modul ini adalah saya harus mengajar secara menyeluruh dari seluruh aspek dalam proses pengajaran yaitu ada aspek  kognitif, afektif, psikomotor, spiritual, Sosial dan Budaya. Selain itu, saya harus menempatkan  murid bukan sebagai obyek namun sebagai subjek pembelajaran, saya harus ikhlas dan sabar dalam menuntun murid, menggali potensi yang dimiliki murid. saya harus mempelajari  karakteristik murid,  menghargai karakter, apa saja yang muncul dari diri mereka dan  akan saya apresiasi. saya akan memberikan ruang bagi  murid untuk berekspresi, membuat inovasi, dan saya harus lebih mengerti tentang tujuan pengajaran dari tema yang saya ambil. Saya tidak lagi menjadikan murid sebagai objek pembelajaran, namun merekalah subjek pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak lagi pembelajaran yang berpusat pada guru namun lebih berpusat pada murid atau metode student-centered.

Apa yang dapat segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

Yang dapat saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD adalah, bahwa saya harus mempersiapkan untuk merancang pembelajaran yang  kreatif inovatif,  harus menyiapkan pembelajaran sesuai  kompetensi siswa yang menjadi tuntutan pada abad 21 ini yakni  siswa memiliki keterampilan 4C yaitu Critical Thinking (Berpikir Kritis), Communication (Keterampilan Komunikasi), Collaboration (Keterampilan Kolaborasi) dan Creative (Kreatifitas). Pembelajaran yang disampaikan tidak lagi menuntut namun  menuntun. Karena guru yang baik adalah yang berusaha menjadi contoh teladan bagi  murid baik dalam ucapan, sikap, dan  tingkah laku, juga  harus mengetahui karakteristik murid dengan menjalin komunikasi yang baik  dua arah. Saya akan  melibatkan sekolah dan juga orang tua dalam membantu saya menerapkan perubahan saya dalam mengajar di era digital ini sesuai dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan 3 semboyannya yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Didepan memberi teladan, ditengah bersama memberikan semangat, dan dibelakang memberikan dorongan dan motivasi untuk maju dan berbudaya sesuai harapan dan amanah dari Profil Pelajar Pancasila.

Salam Guru Penggerak Bergerak, Tergerak dan Menggerakkan.

Comments

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Name and email are required