Info SoloRaya.com
SOMG (SILATURAHMI ORANG TUA MURID DAN GURU) Semester ini di meriahkan dengan
Kajian Parenting “Mendidik Anak di Era Disrupsi” bersama dengan
Pembicara : Bunda Suwarsi, M.Si., CH., CHT.
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Sabtu lalu, di hadiri oleh seluruh orang tua siswa kelas 1 sampai dengan kelas 5 ini berlangsung hangat dan dalam suasana kekeluargaan.
Dalam kesempatan tersebut, bunda Suwarsi menyampaikan pada era disrupsi (disruption) terdapat banyak inovasi yang menggantikan seluruh sistem lama dengan sistem baru. Pada era 4.0 ini, segala aktivitas dapat dilakukan secara on-line. Hal ini memungkinkan terjadinya pergeseran peran orang tua. Misalnya masakan ibu akan digantikan dengan masakan restoran yang dipesan secara online melalui ojol. Oleh karenanya perlu adanya koreksi pada pola pengasuhan anak. Selain itu juga perlu adanya upaya untuk menempatkan kegunaan Handphone secara tepat agar anak dapat tumbuh sebagaimana mestinya.
Pada era disrupsi ini, perlu adanya upaya agar orang tua selalu dirindukan anak. Salah satunya adalah dengan cara: Memiliki keterampilan memasak, memijat, dan mendengarkan. Ketiga hal itu akan menciptakan kedekatan dan kerinduan anak terhadap ibu sampai usia dewasa nanti.
Upaya selanjutnya dapat ditempuh dengan meniru pola pengasuhan yang diklasifikasikan oleh Ali bin Abi Thalib sebagai berikut:
🌹7 tahun pertama: perlakukan anak dengan penuh cinta, kasih sayang, dan kelembutan. Dengan kata lain anak diperlakukan seperti raja.
🌹7 tahun kedua: perlakukan anak seperti tawanan perang, yakni ajarkan kedisiplinan dan tanggung jawab.
🌹7 tahun ketiga: perlakukan anak sebagai sahabat/ mitra.
Ketiga klasifikasi tersebut bersifat simultan, artinya antarklasifikasi memiliki keterkaitan yang berkelanjutan.
Hal tersebut beriringan dengan anjuran dalam agama Islam untuk menyusui anak pada usia 0-2 tahun. Usia tersebut sangat efektif dalam membentuk ikatan batin antara ibu dan anak.
Ibnu Qoyyim AL Zauziyah menyampaikan “Apabila seorang ibu tidak bisa menyusui anaknya hingga usia 2 tahun, maka selama itu anak tersebut diperkenankan untuk bermain puting susu ibunya”.
Pada era ini, terdapat fenomena Mother distrust, yakni anak tidak percaya pada ibunya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya cuitan para anak di sosial media yang berisi umpatan untuk ibunya (orang tuanya). Salah satu penyebab munculnya fenomena ini adalah adanya pergeseran peran orang tua. Bahkan pada kebanyakan keluarga, peran ayah dan ibu sering tertukar. Oleh sebab itu, tugas orang tua pada era disrupsi adalah mengembalikan peran masing-masing agar sesuai dengan kodratnya. Semestinya, ibu berperan untuk memberikan rasa nyaman dalam keluarga. Sedangkan ayah berperan untuk menegakkan aturan dalam keluarga.
Anak akan terbentuk sesuai dengan pengasuhan orang tua. Maka kenakalan pada anak juga berkaitan dengan bagaimana cara orang tuanya dalam mendidik. Oleh karenanya jadilah orang tua yang dicintai, bukan ditakuti. “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya” – Ali bin Abi Thalib.
Allah merahmati orang tua yang membantu anaknya untuk berbakti pada-Nya. Maka dalam mengasuh dan mendidik anak, hendaknya orang tua:
🌸Menerima anak apa adanya. Apapun potensi anak hendaknya disyukuri, digali, dan dikembangakan. Jangan sampai membandingkan anak dengan anak yang lain, karena akan menghancurkan harga diri dan kepercayaan dirinya.
🌸tidak mencaci maki anak
🌸tidak membebani anak dengan beban diluar kemampuannya. Ambisi orang tua tidak seharusnya membebani anak. Dengan demikian orang tua perlu mengembangkan keterampilan mendengar agar anak terbuka dan orang tua dapat mengetahui kemampuan anak.
Prinsip mendidik anak di era disrupsi:
🍁menanamkan keimanan dalam diri anak.
Hendaknya orang tua berorientasi pada proses, yakni dengan terus membimbing anak untuk senantiasa beribadah dan mendekatkan diri pada Allah. Sedangkan hasilnya serahkan pada Allah, karena pada dasarnya hasil adalah otoritas Allah.
🍁menanamkan adab dan akhlaq yang baik.
Anak yang memiliki adab dan akhlaq yang baik akan lebih kuat dalam menghadapi era disrupsi
🍁memenuhi kebutuhan anak pada segi fisik, akal, dan hati.
Pada QS. An-Nahl:78 disebutkan stimulasi pertama kali pada anak adalah pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Maka hendaknya orang tua membiasakan untuk mengucapkan hal-hal baik, bersikap baik, dan memiliki kedekatan hati dengan anak.
🍁memenuhi kebutuhan ilmu dan teknologi.
Dengan adanya pengetahuan maka anak akan dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Sehingga tidak akan terpengaruh dengan dampak negatif kemajuan teknologi.
Tiba saat Peserta bertanya;
❓Bunda Shafa , salah satu siswa kelas 3 menanyakan tentang , Bagaimana tips untuk bisa menangani siswa yang lost pengasuhan?
✅Jawab: Guru yang menangis karena perilaku siswanya adalah guru yang dirindukan. Karena guru tersebut peduli dengan akhlaq dan masa depan siswanya. Lakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan. Permasalahan siswa dapat dirunut apa alasan yang mendasarinya, bisa dengan mengkomunikasikannya dengan orang tua. Karena akhlaq siswa akan tergantung dengan keteladanan orang tua. Jadi, hal yang sangat perlu dilakukan adalah menanamkan adab baik semenjak dini.
❓Bunda Fatih& Hasna
a. Bagaimana cara mengelola emosi agar tidak melampiaskan kepada anak?
✅Jawab: cara mengelola emosi yang paling efektif adalah dengan menguatkan maknawiyah dan ruhiyah, yakni dengan cara istighfar, sholat, tilawah, dan tahajjud. Jangan sungkan untuk meminta maaf kepada anak apabila bersalah.
b. Bagaimana tips membesarkan hati untuk melepas anak belajar di pondok?
✅Jawab: melepas anak untuk belajar di pondok adalah perjuangan. Kyai Sahi (pimpinan pondok pesantren Gontor) pernah mengatakan “lebih baik menangis saat melepas anak mondok daripada menangis dikemudian hari”. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa anak yang hendak mondok ini akan berjihad menuntut ilmu untuk kebaikannya di dunia dan di akhirat.Insyaa Allah bisa! Selalu berdoa untuk ananda, karena doa ibu adalah salah satu doa yang tidak akan tertolak.
❓Bunda Caela (1A)
Bagaimana cara memberikan edukasi pada lingkungan agar tidak kecanduan dalam menggunakan gadget? Mengingat saya pernah dikatai “katrok” karena tidak memberikan anak saya gadget.
✅Jawab: kebaikan dan keburukan akan selalu dibicarakan orang lain, akan tetapi selama yang dilakukan tidak melanggar syariat dan tidak mengganggu orang lain, maka diteruskan saja. Akan tetapi jangan sampai mengisolasi anak, karena disamping dampak negatifnya, gadget juga akan diperlukan pada waktu tertentu. Misalnya untuk mencari informasi.
Langkah penting yang harus dilakukan adalah dengan memberi pendidikan literasi (apa yang boleh dan tidak boleh dibuka atau dilihat). Dengan demikian anak akan memiliki imun untuk menghadapi pengaruh gadget. Jangan lupa untuk menyaring segala informasi sebelum membagikannya. Selain itu, berikan alternatif kegiatan untuk mengalihkan anak dari HP. Lakukan aktivitas tersebut bersama-sama.
Comments