Di abad ke 21 ini, semua orang sudah terlibat pada kemajuan teknologi. Tak tanggung-tanggung perubahan teknologi dari jaman kakek nenek kita dulu sampai sekarang sangatlah signifikan. Sebagai contoh, di jaman 1900 belum ada media telekomunikasi yang sangat canggih seperti handphone sekarang. Jangankan handphone, televise saja masih jarang pada jaman tersebut, yang ada hanya radio itu pun masih terbatas orang yang memilikinya.
Perkembangan di bidang teknologi ini ternyata juga berdampak pada perubahan perilaku orang-orang dijaman sekarang. Orang-orang pada jaman sekarang cenderung menginginkan sesuatu yang cepat, praktis, dan instan. Terutama pada kalangan anak muda, hanya hal yang mereka anggap sebagai kegiatan yang menyenangkan dan gaul yang mereka ikuti.
Sebagai contoh mudah, sekarang dengan adanya handphone semua kegiatan bagi para pekerja, pelajar dll. Dirasa lebih ringan, dimana pun berada bisa berkomunikasi dengan lancar layaknya berhadapan dengan lawan bicara. Tetapi perlu teman-teman ingat, ada beberapa nilai yang hilang seiring perkembangan handphone yang bertambah canggih kualitasnya.
Yang pertama, timbulnya sifat malas bagi para pemakai barang berteknologi canggih. Yang seharusnya orang dalam satu kompleks perumahan bisa saling mengunjungi untuk sekedar menanyakan kabar atau bersilaturahmi, seiring dengan adanya peran hp bagi kehidupan, silaturahmi dengan bertatap muka langsung digantikan dengan telepon yang bisa menayangkan gambar orang yang diteleponnya. Hal ini dianggap lebih praktis dan mudah.
Yang kedua, dengan adanya barang canggih ini. Orang akan melihat siapa-siapa yang memiliki handphone kelas dunia, siapa yang memiliki handphone butut dll. Hal ini akan menimbulkan terbentuknya kelas-kelas sosial ekonomi bagi para pemakainya. Sebenarnya hal tersebut bukanlah hal yang terpenting, untuk apa saling membanggakan barang pribadi. Bila hal ini terus berlangsung, akan terjadi kesenjangan hubungan antara kelas ekonomi bawah dan kelas ekonomi atas.
Yang terakhir, dengan peningkatan teknologi di dunia. Contohnya handphone, orang yang duduk bersebelahan dalam kondisi menunggu, diprediksi akan tak saling mengenal bila ada handphone di tangannya. Orang tersebut akan lebih senang berbincang-bincang dengan rekannya lewat handphone, ketimbang dengan orang lain yang duduk disebelahnya. Akhirnya hal ini menimbulkan sifat apatis, dan tak menghargai. Padahal ada orang disebelahnya yang siap untuk diajak brbicara, eh malah telepon orang lain yang jauh disana.
Hal ini yang perlu ditanggapi dengan serius oleh masyarakat salah satunya para pendidik, kebanyakan dari para anak muda ini berusia sekolah antara SMP-SMA bahkan perkuliahan. Mereka cenderung apatis terhadap sesuatu yang berbau tradisional atau kuno, mereka hanya mengikuti tren yang sedang in (istilah anak muda), bila hal ini terus-terusan dibiarkan maka tidak usah ditanya lagi, nasib bangsa periode kepemimpinan generasi muda ini akan bingung. Kenapa bisa bingung? Sebab mereka sudah tidak tau lagi mana budaya bangsa sendiri, dan mana budaya asing yang hampir melebur dan menjadi sama dengan budaya indonesia.
Oleh karena itu, dituntut peran serta yang aktif dalam penanggulangan masalah ini, mungkin bisa dimulai dari para bapak dan ibu guru yang berusaha terus memberikan kontribusi ilmunya yang berhubungan dengan kebudayaan bangsa, sehingga para anak muda jaman sekarang serta keturunannya kelak masih tetap tahu budaya asli Indonesia.
Comments