MENJADI ORANGTUA HANGAT SEDEKAT SAHABAT

Tahapan-Tahapan Membangun Kedekatan Dengan Anak.

  Saat ini banyak fenomena renggangnya hubungan orangtua dan anaknya. Menjadi sahabat bagi anak-anak tentu tidak bisa dilepaskan dari fase perkembangan anak-anak kita yang berkaitan dengan interaksi . Bagaimana fase-fase mereka, memiliki tahapan interaksi dengan kedua orangtuanya.

Setiap fase pendidikan anak-anak kita memiliki SPECIAL MOMENT dengan kedua orangtuanya, sehingga special moment itu bisa berlalu atau juga bisa kita manfaatkan sebagai INVESTASI kedekatan.

Dalam pembahasan kita kali ini, berikut fase-fase perkembangan anak yang bias menjadi modal kedekatan kita dengan anak-anak.

  1. Fase Pra Kelahiran (Sejak dalam kandungan)
  2. Fase Oral (Masa Bayi 0-2 th)
  3. Fase Shoghir (Masa Kanak, 2-7 tahun)
  4. Fase Tahap Pra Baligh 1 (7-10 tahun)
  5. Fase Pra Baligh 2 (10-12 tahun)
  6. Fase Aqil Baligh (12-15 tahun)
  7. Fase Pra Nikah (16-18 tahun)

    1.  Fase Pra Kelahiran (9 bulan)

    Sejak awal Allah sudah memberikan kita modal bagi para orangtua terutama Ibu, untuk membuat bonding. Dimulai ketika dinyatakan mengandung. Inilah kenapa modal kedekatan ini sudah Allah berikan, sudah di install sejak dalam rahim melalui kedekata anak dengan ibunya.

     

    2.  Fase Oral (0-2 tahun)

    Fase ini dimulai dari kelahiran anak, masa menyusui, masa penyapihan.

    Para orangtua sudah memiliki modal kedekatan dari fase ini. Di Fase ini, orangtua laki-laki dan perempuan sudah hadir bersamaan dengan menyambut dan memberikan hak kelahiran dengan mengadzani ketika lahir, menunaikan Aqiqah, memberi nama, doa, bersedekah dengan seberat rambutnya yang dipotong itu, dan ini adalah cara syariat Islam ingin mendekatkan orangtua dengan anaknya .

    Kemudian di masa penyusuan, hadirnya sosok ayah dan ibu di masa-masa fase oral 0-2 tahun memberikan keterikatan yang semakin kuat dekat dan hangat.

    Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa fase hamil menyusui dan penyapihan adalah fase yang saat ini banyak dilewatkan oleh sebagian orangtua. Dengan alas an mungkin kesibukan, pekerjaan, dan lain sebagainya.

    2.  Fase Soghiir (Kanak-kanak, 2-7 tahun)

    Fase ini dimana orangtua seharusnya mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang di usia kanak-kanak ini. Maka

    hati-hati, disinilah makna Do’a “Kamaa Robbayani Shoghiro” dalam doa untuk orangtua adalah maknanya “Sebagaimana mereka mendidikku di waktu kecil.”

    Shogiir ini diterjemahkan sebagai usia sebelum baligh. Sehingga anak-anak mempunyai banyak waktu dengan orangtuanya membangun kedekatan di masa shoghiir tadi.

    Di fase shoghir adalah Kedekatan Cinta Tanpa Syarat, sampai sampai dikatakan di fase ini anak adalah Raja.

    Karena masa Shoghir ini menjadi kenangan yang luar biasa yang kemudian menjadi inerchild positif dalam diri anak kita dan menjadi bibit ketaatan.

    Jadi bibit ketaatan itu dimulai saat masa shoghiir, dari kenangan-kenangan di masa kecil. Dan pendidikan fitrah ini merangsang kedekatan orangtua dengan anak di fase pra- latih di usia 0-6 tahun. Sehingga perlu di perhatikan, terutama ketika mulai usia TK.

    Membangun kedekatan dengan bermain bersama. Rasulullah memberikan contoh-contoh kedekatan di masa shopghir. Rasulullah tidak menghalau cucunya disaat sholat, membiarkan duduk di atas punggung. Rasulullah tidak menyuruh cucunya segera pergi. Bahkan Rasulullah menegur seorang ibu yang menghardik anaknya yang pipis dibajunya Rasulullah.

     

    3.  Pra Baligh 1 : Di usia 7 – 12 tahun.

    Apa yang dilakukan oleh orangtua di fase ini, adalah MENGAJAK. Kedekatanya sudah mulai pada cinta yang mendisiplinkan .

    Kedekatan antara orang tua dan anakny diharapkan adalah kedekatan yang dengan fungsi mendisiplinkan. Misalnya dengan mulai mengajak anak-anak ke masjid, mengajak anak- anak melakukan ritual keagamaan, mendisiplinkan dari sholatnya, puasanya, kegiatan rutin hariannya dan sebagainya.

    Sehingga ada perintah untuk memukul kecil yang tidak melukai ketika anak tidak sholat di usia prabaligh ini (10 tahun) yang fungsinya untuk penegasan. Tegas namun Dekat. Karena sudah ada kedekatan terlebih dahulu di masa sebelumnya, yaitu Fase Shoghir.

     

    4.  Fase Pra Baligh 2 – Aqil Baligh (Usia 12-15 tahun)

    Fase ini adalah usia dimana kedekatan sudah mulai dekat seperti sahabat. Kedekatan di fase ini disebut Cinta yang mendewasakan.Anak mulai diberikan tanggungjawab, kepercayaan, berbicara, berdiskusi, menanyakan.

    Maka disini ada ayat dimana Nabi Ibrahim menunjukan kedekatan dengan anaknya. Fase dimana anaknya sudah bisa diajak untuk pergi bersama-sama. Untuk shafar bepergian dalam bisnis keluarga misalnya, fase melibatkan mereka dalam kerja-kerja dakwah, kerja kerja sosial kemasyarakatan,

    adalah fase yang dilakukan Nabi Ibrahim dimana usia Ismail sudah di fase pra balig – aqilbaligh.

    Maka di saat itulah anak-anak kita sangat butuh pendampingan atau coaching, pendampingan spiritual dari orang dewasa di sekitarnya.

    5.  Fase Pra Nikah (16 – 18 tahun)

    Di Fase ini, kedekatan orangtua dan anak benar-benar sebagai seorang sahabat. Dimana kedekatan yang dilakukan adalah dengan tujuan pendidikan persiapan untuk menyiapkan anak-anak kita menjadi orangtua berikutnya.

    Ada Hadist Annas bin Malik yang menggambarkan fase-fase diatas. Sejak ia ikut Rasulullah di usia 8 tahun hingga Rasulullah meninggal di Usia Anas 18 tahun.

    Anas bin Malik berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya, paling lapang dadanya dan paling besar kasih sayangnya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan, aku berangkat, tetapi aku menuju anak-anak yang sedang bermain di pasar dan bukan melaksanakan tugas Rasul, aku ingin bermain bersama mereka, aku tidak pergi menunaikan perintah yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

    Beberapa saat setelah berada di tengah-tengah anak-anak itu, aku merasa seseorang berdiri di belakangku dan memegang bajuku. Aku menoleh, ternyata dia adalah

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tersenyum, beliau bersabda, “Wahai Unais, apakah kamu telah pergi seperti yang aku perintahkan?” Maka aku pun salah tingkah

     

    aku menjawab, “Ya, sekarang aku berangkat wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

    Demi Allah, aku telah berkhidmat kepada beliau selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku lakukan, “Mengapa kamu melakukan ini?” Beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan, “Mengapa kamu tinggalkan ini?”

    Ini adalah sebuah contoh dari Rasululllah dalam memperlakukan anak di usia anak hingga remaja.

    Sehingga Annas bin malik tumbuh dalam asuhan Rasulullah menjadi remaja yang cerdas, bahagia sehingga peran-peran peradabannya jelas, dengan meriwayatkan banyak hadist , itu tumbuh dari kecintaan Annas bin Malik kepada Rasulullah dan keluarganya.

     

    Tips Bagaimana Menjadi Orang tua Sedekat Sahabat.

    Di zaman sekarang, para orang tua sibuk, anak-anak kita membutuhkan fasilitas. Padahal, mungkin anak-anak kita tidak sekedar butuh hangout, jalan-jalan, tidak membutuhkan uang yang banyak, barang mahal, ada banyak kegiatan interpersonal atau hubungan dengan orangtua yang dirindukan oleh anak-anak kitayang akan sangat efektif untuk mendekati anak-anak kita daripada membombardir dengan fasilitas2 yang bernilai materi. Kemudian tips yang bias kita lakukan terutama di usia anak-anak yang memasuki masa pubertas, adalah sebagai berikut :

    1.  Menjadi role model atau teladan/ panutan bagi anak- anak kita sendiri.

    Dan ini sebenarnya harus dimiliki oleh semua orangtua. Dan itu di contohkan oleh para orang tua kita juga. Teladan dan idola, saat ini dibutuhkan oleh anak-anak kita. Kenapa ?

    Karena ketika teladan/ idola ini tidak bisa mereka temukan di rumah, maka mereka akan keluar rumah. Itu otomatis.

    Maka sering sekali para orang tua menyerah disisi ini. Orangtua tidak bisa memberikan teladan, karena berbeda pola asuh yang diberikan guru dan orangtua. Maka kita mesti bisa menjadi teladan bagi mereka.

    Apa yang mereka kerjakan pastilah tidak lepas dari apa yang kita contohkan. Keseharian yang kita lakukan dan mereka lihat itu. Karena anak-anak adalah peniru yang paling ulung.

     

    2.  Berkomunikasi, berbicara.

    Bicara disini bukan berbicara yang pendek-pendek. Tapi talk something suatu tema pembicaraan. Ini harus kita ciptakan untuk anak-anak kita hari ini. Karena sebenarnya anak-anak kita sangat suka ditanya. Anak-anak di usia masih TK dan yang remaja juga bercerita. Sampai mereka enjoy dengan apa yang kita tanyakan. Bertanyalah tentang tema-tema yang disenangi oleh anak-anak kita.

    Sampai kemudian mereka bicara antusias, sampai mereka mungkin kesusahan untuk menghentikan tema pembicaraan. Sehingga ketika anak-anak sudah antusias untuk mengobrol, kita memberikan perhatian yang penuh.

    3.  Orangtua adalah pembimbing bakat anak.

    Bakat adalah sebuah sikap atau sifat produktif yang ada dalam diri anak kita yang bias kita upgrade. Dan bakat anak- anak kita pasti berbeda satu dengan yang lain. Sehingga orangtua yang ingin dekat sedekat sahabt dengan anak harus tahu apa bakat anak-anaknya.

    Respon bakat-bakat positifnya. Karena anak-anak jaman now tidak hanya maju disisi akademis, maka bakat ini harus kita optimalkan dalam mengasuh anak-anak kita.

    Kenapa anak-anak senang berkumpul bersama teman, karena bakatnya sama, senang berkumpul . Maka ciptakan komunitas-komunitas bakat.

    4.  Orangtua Menjadi pembimbing spiritual.

    Orang tua saat ini harus mempunyai kepedulian spiritual. Moral spiritual tidak didapatkan anak selain dari orangtua

    dan gurunya. Kesalahan orangtua adalah selalu memberikan nasihat tanpa dekat terlebih dahulu. Namun ketika kedekatan sudah dibangun sejak lama, ketika sudah dekat, akrab, orangua akan lebihmudah memberikan pendampingan spiritual, coaching moralnya, menanyakan , memasukan nilai-nilai.

    5.  Hangout. Keluar bersama.

     Kebersamaan yang intim. Misalnya anak lebih dari tiga, pergi bersama itu bagus. Tapi ada juga kegiatan hangout personal yang punya target pendidikan. Misal anak pertama diajak kemana, anak kedua diajak kemana. Ngobrol berdua.

    Sebagaimana dicontohkan Nabi Ibrahim kepada Ismail.

    Maka Nabi Ibrahim selalu bertanya, “Apa pendapatmu”

    Ini akan sangat efektif ketika ngobrol berdua, saat jalan-jalan, saat pillow talk jelang tidur. Ini bisa dimasukan nilai-nilai kebaikan disana.

    6.  Orangtua menjadi tempat curhat yang pertama,

    Orangtua dipercayai oleh anak untuk tidak menceritakan rahasianya kemana-mana. Tidak di bahas-bahas. Ketika anak- anak sudah percaya, maka akan lebih mudah di ajak untuk kebaikan.

    PERTANYAAN DAN TANGGAPAN

                                                1.Bunda Ajeng

    1. Bagaimana carany agar kita tdk selalu menganggap anak kita sbg anak kecil terus? Yg harus selalu diawasi…Kebetulan ank sy 5. 2 lk sdh sma, 1 lk kls 6 sd, 1 pr kls 4 dan 1 lk masih balita…

      Dan alhamdulillah nya klo ada apa2 mrk curhat ke sy..

      Sy masih sering menyamakan mrk berdua spt ke 3 adek2ny. Apakah sy salah masih sering mengontrol HP mrk, jadwal mrk dan teman2 mrk? Terkadang mrk jg koment ibu tlong beri sy kepercayaan…

      Bagaimana cara membuat hati teteg melepas mrk?

      Jawaban :

      Anak-anak bunda Ajeng sebagian besar laki-laki. Di fase-fase ini ada anak yang harus dekat dengan ibunya, ada anak yang harus dekat dengan ayahnya. Anak-anak yang sudah SMA, sebaikan kita sudah mulai memberikan kepercayaan. Anak- anak di usia itu senang dengan tantangan, dan menyiapkan anak-anak untuk bisa mengambil keputusan, menjadi qowwam (pemimpin). Sehingga di usia-usia setelah baligh, atau 15 tahun ke atas, memang anak-anak harus diberikan project untuk dirinya sendiri.

      Lalu bagaimana caranya teteg meberikan kepercayaan, maka ya diberikan. Tidak boleh ketika kita memberikan kepercayaan namun kita masih meragukannya. Justru biarkan ketika anak sudah minta diberikan kepercayaan, maka berikan dengan rambu-rambu baik.

      Untuk kelas 6 juga, tahapnya sudah mulai diberikan

      tanggungjawab financial, kedekatan di aktifitas organisasi, memanage. Di usia ini qowwam pun sudah bias muncul. Misal diberikan tanggungjawab menjaga adiknya, tugas- tugas. Sehingga siap tumbuh dewasa dan bias mengambil keputusan. Problem terbesar anak-anak laki-laki hari ini adalah tidak bias mengambil keputusan. Karena tidak diberikan kepercayaan dan ruang.

      Jangan menyamakan pola asuh adiknya dengan kakaknya. Berika porsi yang berbeda-beda, dan jangan dibandingkan. Namun tentang aturan, tetap harus ditegakkan. Misal, aturan tentang HP, aturan tentang Televisi, aturan tentang main bersama teman-temannya.

      Sedangkan untuk anak perempuan, juga harus diberikan batasan. Dan Di usia ini harus didekatkan dengan ayahnya.

      2. Orangtua dari Istaz Syafiq Maulana 2B 

       

      Assalamualaikum Ustdzh.

      1. Anak saya usia 7 th kalo sholat subuh susah sekali dibangunkan adakah tips untuk hal
      2. Mudah sekali emosi dan Bagaimana cara untuk mengatasinya. Mohon solusinyaJawaban :
        1. Membangunkan anak memang tantangan tapi kita mmgmusti komitmen karena ini terkait dg Dicoba dengan ayah ibu sdh siap bangun sebelum membangunkan anak tsb, pada saat akan tidur tanyakan mau dibangunkan dg cara bgmn, sentuhan dan pijatan jg membantu untuk mengaktifkan syaraf2 yg masih malas
        2. Yg masih suka emosi marah ortu? Atau anak?Intinya emosi negatif slh satunya marah itu memang tidak bs dihilangkan tp dikendalikan.Jika kita (ortu) yg masih suka terpancing marah maka lokalisir dan minimalisirlah sebabnya. Jangan mudah marah pada hal2 yg tidak prinsip

          Jika anak yg suka emosi, cari sumber pemicu marahnya dan akui, ortu jgn ikut marah

      3. Bunda Faye 2ASaya punya anak 2 kebetulan cowok dan cewek.kebetulan anak cowok lebih Deket dengan ayahnya tp berbeda dengan anak cewek yang bisa Deket dengan bunda dan ayahnyaPertanyaannya bagaimana menyikapi anak cowok yang lebih suka dengan ayahnya..kdng seorang ibu merasa sakit yang melahirkan gak sedekat itu

        Mohon tipsnya ust

        Jawaban :

        Bunda Faye, kita tidak perlu terlalu sesuai dengan teori. Mengasuh anak itu sesuatu yang alamiah. Kalaupun punya anak laki-laki usia 7-10 tahun dan dekat dengan ayahnya, berate ya memang harus dekat. Tidak masalah bagi kita, justru kita harusnya senang. Karena disana ada banyak kegiatan kelelakian yang memang harus diperkenalkan oleh ayah ke anak laki-lakinya.

        Dan sebaliknya, anak perempuan dekat dengan ibunya di usia itu. Anak perempuan itu punya sifat luwes, dan ndak masalah. Anak-anak kita masih bertumbuh dan berkembang. Teori-teori itu hanya memudahkan saja dalam memahami, walaupun pada kenyataanya ada kecenderungan anak dekat dengan salah satu orangtuanya. Kita tetap harus support,

        karena dekat itu tidak kemudian tidak mau sama sekali tidak dekat dengan kita. Jadi berikan saja afeksi kehangatan, keakraban sejauh yang kita usahakan.

        Nanti di usia-usia yang lebih besar, ayah juga boleh memberikan kedekatan.

        Maka, ketika anak-anak kita masih di usia kecil yang sedang bertumbuh dan berkembang, hujani saja dengan kasih sayang , cinta, afeksi dan perhatian. Dan itu tidak gender. Justru yang perlu ditekankan adalah di usia aqil baligh.

        Anak perempuan harus dekat dengan ayahnya. Anak laki-laki harus dekat dengan ibunya.

        Karena sudah mulai suka dengan lawan jenis.

        Kalau masih di usia-usia pra baligh, mari kita dekat dengan semua . Kemudian kita tidak perlu harus terlalu teoritis.

        InsyaAllah, alamiah saja kita mendekati anak-anak kita, dan insyaAllah semaunya itu baik.

      4. Bunda Asma Kelas 3Bagaimana jika nilai2 (adab) yg diajarkan kepada anak dirumah ternyata berbeda dengan nilai yg ada di masyarakat/sekolah ? Dan anak sempat protes d rumah karena di sekolah tidak melakukan kegiatan yg biasa di lakukan atau diajarkan di rumah.

        Permisalan,

         di rumah terbiasa untuk segera minta maaf bila ad melakukan kesalahan baik sengaja maupun tidak, tapi pada kenyataan di sekolah, sering teman melakukan kesalahan atau tindakan yg dibatas kewajaran tidak segera minta maaf

        tapi malah sering diulang-ulang lagi… Sehingga anak protes (saat curhat) kenapa berbeda, harus kan begini…kenapa enggak begini…

        Maturnuwun sebelumnya…

        Jawaban :

         Satu hal yang perlu kita sadari dan pahami adalah, memang ada perbedaan pola asuh antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya. Dan sekolah adalah satu wadah yang terdiri dari berbagai pola pendidikan anak. Sehingga tidak mungkin semuanya bias seragam.

        Kalau perbedaan pola asuh itu pada hal-hal yang prinsi, misalnya Ibadah, Fiqih dan sebagainya kita perlu konsultasikan ke sekolah. Misal dating kesekolah untuk menyampaikan perbedaan pandangan mengenai ibadah dan fiqih, sehingga anak bisa terkondisikan ketika melihat adanya perbedaan ini.

        Tapi kalau soal attitude, maka memang harus kita sampaikan pada anak kita, bahwa memang ada perbedaan pola asuh antara kamu dan teman-teman. Sekaligus juga kita member masukan kepada sekolah mengenai attitude ini mengenai nilai-nilai yang juga bias diterapkan disekolah ketika di rumahpun juga sudah menerapkan nilai-nilai yang baik.

        Intinya dalam dalam pengasuhan anak ini, rumah dan sekolah harus synergi. Dan disitu berlaku adanya keterusterangan dan kenyamanan (Fiisorohah rohah) dengan guru, dengan pihak sekolah. Sambil disampaikan kepada anak kita, bahwa kebaikan itu ya tetaplah kebaikan. Sehingga anak juga tetap memiliki prinsip mengenai kebaikan ini.

      5.  Bunda Yaya Kelas 1BSy Ibu dari 2 anak, yg pertama Yaya umur 7 tahun, dan adiknya umur 3,5 tahun.

        Saya sangat dekat dengan Yaya, komunikasi kamipun sangat dekat seperti teman, setiap pulang sekolah, Yaya selalu curhat, tak hanya tentang dirinya, tapi juga teman-temannya, Ustadzahnya juga kegiatan2 mereka. Menjelang tidur juga adalah kebiasaan kami menceritakan apapun selama seharian.

        Yang ingin sy tanyakan,

        1. Saya ingin kedekatan ini terus terbangun, hingga kelak Yaya

        Mulai usia brp / fase apa saya bisa mulai hangout bareng? Kadang sy memang ingin ‘wetime’ bareng Yaya, tapi sy bingung dengan Adeknya. Kalo dititipkan, Suami sy kurang setuju, walopun dititipkan ke Orangtua/saudara sekalipun (kebetulan Suami sy bekerja diluar kota)

        1. Bagaimana cara marah yang benar sebagai Orangtua, karena tanpa sadar sy kadang marah kalo Yaya berebut atau menjahili Sy khawatir marah syyg tidak benar, bisa merusak kedekatan kami.
        2. Yaya sudah sy ajari belajar bertanggung jawab dari fase pra latih, karena program dari TKnya dulu, ada kolom mutabaah setiap bulan yang harus diisi dan dipraktekkan, sehingga terbiasa sehari-hari hingga sekarang. Adakah tahapan dan batasannya tiap fase, apa yg harus diajarkan dandipraktekkan anak. Karena seringkali ada yg berkomentar, sy terlalu keras ke anak.Terimakasih. Wassalamu’alaikumwrcara

          Jawaban

          Kapan sih kita bias menjalin hubungan yang dekat dengan anak. Bunda Yaya sebenarnya sudah punya model yang bagus terkait kedekatan dengan anak. Ibu dekat, hangat, akrab, ya itu dipertahankan saja.

          Kalau fasenya memang sudah benar, kelas 1 anak-anak dekat dengan ibu, dan ayah juga terlibat.

          Kalau kedekatan ini mau berlanjut, ya harus dipertahankan apa yang baik dari kedekatan itu. Terus, terus bercerita.

          Jangan sampai anak berhenti bercerita dengan kita.

           

          Kemudian, kapan kita bisa mengajak mereka hangout ? Pergi bareng dengan membawa satu misi/ tujuan yang baik, missal berkunjung, bersilaturohim untuk belajar tentang apa, ini bisa dilakukan sejak usia-usia 10 tahun ini sudah bisa dilakukan. Nilai yang bukan hanya sekedar bersenang-senang dan menghabiskan waktu saja. Tapi perjalanan yang bisa memberikan nilai inspiratif, ini bisa dimulai ketika anak-anak sudah kelas 4.

          Dan Alhamdulillah, di SDIT ALIFSMART ini sudah mulai ya, penghargaan terhadap sisi sisi bakat, penggalian potensi.

          Bagaimana cara mengarahkan anak yang benar ? pertanyaanya mirip dengan pertanyaan sebelumnya, bahwa

          marah kita itu harus marah yang mempunyai adab yang bisa kita pertanggungjawabkan pada anak. Jangan sampai yang berlebihan. Dan marahlah pada anak-anak yang memang anak sudah tahu sesuatu yang membuat orangtua marah.

          Marah, tapi bukan marah-marah !

          Misalnya, Ibu akan marah jika ibadah sholatmu disepelekan. Ibu akan marah ketika kamu berbicara tidak sopan, atau berbicara kasar.

          Ibu akan marah ketika kamu berbohong.

          Nah ini yang harus kita batasi, bahwa kita marah untuk alasan – alasan yang benar.

          Kalo missal menjahili adik dan sebagainya, ya itu tinggal bagaimana kita mengarahkan. Karena anak-anak itu memang suka ya untuk menjahili saudaranya. Kita tanggapi saja secara wajar dan tidak juga kemudian membenarkan terus yang dilakukan anak. Tetapi tetap dicari intronya.

          Misal, “kenapa sih suka menjahili adek ?” dengan nada yang

          lembut atau ada becandanya.

          Karena, anak ini bukan type pendendam ya. Sehingga ketika kita memarahi atau bicara tegas, itu tidak masalah. Anak itu bukan pendendam. Asalkan kita recovery lagi dengan anak kita.

          Pertanyaan Tanggapan :

          Recovery apakah dengan minta maaf Ust?

          Jawaban : Ya bisa juga. Dengan minta maaf, dan diiringi dengan menjelaskan mengapa kita marah

           

          6. Bunda Rezel IB

          langsung saja mau menanyakan, bgmn dengan orang tua yg

          LDR (sehari-hari tidak satu rumah, bskrn pekerjaan atau lain hal) untuk tetap bs menjadi sahabat utk anaknya?

          Selanjutnya, semisal ayah bekerja, anak laki² di rmh di asuh dengan ibunya saja, apakah ibu perlu utk menambah kegiatan utk anak yg bersifat maskulin atau sisi maskulin anak laki-laki ini akan muncul dengan sendirinya?

          Jawaban:

          Pengasuhan anak yang orangtuanya dalam posisi LDR/ LDM ini merupakan pengasuhan yang sangat unik dan butuh usaha yang lebih dalam usaha mendekati anak-anak kita.

          Ada dua kondisi dan dua strategi.

          1. Ketika kita berjauhan dengan anak, atau ayahnya diluar kota/pulau/luar Ini perlu kreativitas dalam membuat upaya untuk menguatkan bonding dengan anak-anak. Kreativitas dari komunikasi, program, memberikan anak tanggungjawab, ini penting, missal orangtua sering telpon, sering video call, sering ngecek hafalan lewat telpon, memberikan project2 sehingga pas orangtuanya pulang bisa menunjukkan dan menceritakan hasilnya. Sehingga anak merasa ayanya hadir dalam pengasuhan.

          Ketika pulang, jangan sampai orangtua yang menjalani LDR, sampai rumah Cuma tidur atau sibuk sendiri.

          Maka kita perlu pro aktif, misal melibatkan ayahnya yang pulang untuk mengantarkan anaknya, ditemani ayahnya, aktivitas bersama ayahnya, dan sebaginya.

          Kalau punya anak laki-laki yang jarang sekali bertemu dengan ayahnya, maka hadirkan figur-figur lelaki misalnya paman, kakek, yang masih keluarga dekat kita, ini kita kenalkan.

          Misalnya tidak memungkinkan, berikan ruang-ruang kegiatan askulin agar anak tumbuh sifat kelelakiannya. Misal disuruh main ke masjid, sholat di masjid, berkomunikasi dengan takmirnya terlebih dahulu. Misal diminta untuk iqomat, bantu2 kegiatan di masjid.

          PERTANYAAN DISKUSI


        1.  Bunda Yaya Kelas 1B

        Anak-anak saya sama2 dekat dengan saya Ibunya dan Bapaknya. Tapi kalo sama Bapaknya tidak ada takutnya Ust, maksudnya jika Suami sy marah, anak2 tidak takut, tapi kalo sy marah mereka langsung mengkeret. Apakah ada yg salah dengan kedekatan dengan anak2 njihUst, sehingga anak2 tidak takut jika Suami sy marah

        Jawaban :

        Hehe…tetap berikan pengertian pada anak2 tentang penghargaan pada ayah…sesabar apapun. Juga, kita tidak perlu ditakuti untuk ditaati bukan?

        Jadi tetap kembangkan suasana yang dekat namun tetap berwibawa

        2. Bunda Zio Kelas 2A

        Pertanyaan saya : bagaimana caranya agar anak bisa lebih terbuka dgn orangtuanya, kebetulan anak kami 2 cowo smua, yang nomor 1 usia 7th yg kedua baru 1th. Selama ini anak kami klo ditanya tdk pernah bercerita seperti anak lainnya

        Misal disekolah td maem apa, selalu jawabnya kuah, dan itu bsk klo kita tanya jwabnya sama saja bun. Dan seringkali kami menanyakan sesuatu pasti jawabnya 1 atau 2 patah kata saja. Bagaimana menyikapi hal tersebut? Takutnya anak ini kedepannyatdk bisa terbuka dgnorangtuanya.

        Jawaban :

        Anak lelaki dan perempuan tentu berbeda ya….fitrahnya mmg lelaki tidak banyak bicara. Maka, banyakinngobrol tentang apa yg dia suka. Bukan yang standar2 bu

        Libatkan ayah ngobrol dan membuka pembicaraan yg asyik. Biasanya anak laki senang ngobrolinhobbydg ayah di usia tsb

        Jalan masih psnjang bu…terus dikembsngkan pengasuhan yg terbuka dan nyaman

        Monggo dimulai. Jangan hanya bicara yang jawabnya yesorno ya . Sahabat itu juga bisa brrcanda. Mungkin karena ayah kurang seru, bisa juga membuat anak kurang antusias

        3. Bunda Nara Kelas 1A

        Assalamualaikum, saya ma2h nara 1A, ijin bertanya bagaimana jika “kedekatan pada anak menyebabkan adab kesopanan unggah ungguhklo orang jawa agak bergeser misalkan ketika berbicara,berdiskusi, bersikap dgorng tua, orang lain yg dia nyaman dianggap sama dg temannya,

        Jawaban :

        Hmm…tidak selalu. Tetap ajarkan adab dan tata krama tapi bukan dengan bahasa yang kaku

        Kami bahkan sesekali pakai bahasa jawa halus untuk mengajarkan anak budaya yang baik.

        Dekat,hangat,beradab itu bisa seiring. Asal ortu juga bisa menempatkan diri. Ya tadi…empan papan, tetap berwibawa tapi juga asyik.

        Jadi ortu BAIK saja tidak cukup…harus dekat

        Maka dekat dan bicarakan aturan, batasan, unggah ungguh secara berulang2, bukan hanya sekali…itupun saat anak kita anggap ‘kurang adab’

        CLOSING STATEMENT :

        Ayah, Bunda.

        Anak-anak adalah cerminan kita dan lingkungannya. Pendidikan itu memantulkan, Seperti cermin. Jika orangtua DEKAT, maka anak TAAT.

        Mari belajar bagaimana Ibrahim AS yang menanyakan pada Ismail “undhurmaadzataraa” coba bagaimana pendapatmu…

        Hari ini orangtua ingin DITAATI tapi berjarak hati Ingin dihormati tapi justru Menakuti

        Mari mulai MENYIMAK dan MENYAPA anak anak kita sebagai sahabat.

        Justru dengan itulah cinta mereka mudah taat karena banyaknya kenangan manis di jiwa yang telah melekat dari orangtuanya yang HANGAT dan DEKAT.

         

         

 

 

Comments

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Name and email are required